Kecemasan Finansial dan Dampaknya pada Keharmonisan Keluarga | Toko Psikologi

Kecemasan Finansial dan Dampaknya pada Keharmonisan Keluarga

12 November 2025

Seiring harga-harga melonjak, pengeluaran sehari-hari menjadi lebih berat, dan ketidakpastian ekonomi terus menghantui banyak keluarga, kecemasan finansial menjadi bayangan yang melekat dalam kehidupan rumah tangga modern. Lebih dari sekadar risau soal uang, kecemasan ini meresap ke dalam dinamika hubungan antara pasangan, membuat interaksi yang dulunya penuh keakraban kini mudah berubah menjadi ketegangan. Banyak pasangan mengakui bahwa topik keuangan menjadi pemicu utama konflik, lebih sering dan lebih sulit diselesaikan ketimbang pertengkaran soal urusan domestik lainnya 

 

Setiap percakapan tentang pengeluaran atau tabungan bisa berubah menjadi arena tekanan emosional. Studi di Yunani dengan 395 responden dewasa menemukan korelasi kuat antara stres finansial dengan konflik pernikahan (r = .52), dan peran konflik pasangan secara signifikan memediasi gejala distress psikologis (β = .29), total efek mencapai β = .67. Dengan kata lain, kekhawatiran soal uang sering kali menimbulkan ketegangan interpersonal, yang malah memperburuk stres psikologis individu.

 

Teori Family Stress Model dari Conger dan kolega menjelaskan bagaimana tekanan ekonomi seperti pendapatan rendah, kehilangan pekerjaan, atau utang menumpuk, memicu stres emosional orangtua, yang kemudian membocorkan konflik ke dalam relasi pasangan dan secara tidak langsung mengganggu hubungan orangtua-anak. Tekanan finansial jangka panjang pun terbukti menurunkan kualitas pernikahan, meningkatkan kemungkinan pertengkaran intens dan instabilitas relasi. Saat kekhawatiran terhadap keuangan mulai menguasai pikiran dan emosi, persepsi terhadap pasangan juga ikut terdistorsi. Penelitian dari 2024 menunjukkan bahwa orang yang cemas secara finansial cenderung melihat pasangannya sebagai kurang memberikan dukungan, secara tidak proporsional menyoroti perilaku negatif pasangan, sekalipun pasangan sendiri mungkin tidak menyadari hal itu. Hal ini memperlihatkan bahwa kecemasan bukan hanya memicu konflik, tapi juga menimbulkan bias persepsi yang memperburuk relasi.

 

Dalam konteks budaya Indonesia, studi di Jawa Barat terhadap 751 pasangan menunjukkan bahwa kemampuan dyadic coping, yang mana kemampuan bercocok secara emosional dan praktis dalam menghadapi stres bersama, memoderasi dampak negatif financial strain terhadap kepuasan pernikahan. Pasangan yang mampu saling dukung, merespons bersama, dan merencanakan bersama, lebih kecil kemungkinannya mengalami penurunan kualitas hidup maupun hubungan. Reporter Guardian bahkan menyoroti fenomena mengkhawatirkan bahwa banyak orang telah menunda pesta pernikahan, pengasuhan anak, atau membeli rumah karena tekanan finansial yang dirasakan berat. Sekitar 60% responden poling menyebut kondisi ekonomi telah mengganggu pencapaian tujuan hidup keluarga mereka. Selain itu, survei terbaru menunjukkan orang Amerika menghabiskan hampir 4 jam setiap hari hanya untuk memikirkan uang, seperti menjalani pekerjaan paruh waktu secara mental. Tekanan seperti ini bukan hanya soal finansial, namun menjadi beban psikologis yang akut 

 

Dari sisi solusi, komunikasi pasangan terbukti menjadi benteng pelindung yang efektif. Studi dalam jurnal Financial Therapy menemukan bahwa komunikasi sehat secara signifikan melemahkan efek negatif stres finansial pada kepuasan pernikahan, terutama pada suami. Pasangan yang rutin mengobrol terbuka dan saling memahami cenderung bisa menjaga kualitas hubungan di tengah tekanan ekonomi. Temukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.  

 

Pendekatan praktis juga banyak disarankan oleh terapis finansial modern. Mereka menyarankan untuk menyusun anggaran bersama, mengenali rasa malu finansial, memahami pola keuangan individual, dan menyelaraskan tujuan keuangan serta makna pribadi di balik uang. Tujuannya yaitu membangun hubungan yang seimbang dengan uang sebagai alat mencapai tujuan, bukan sumber kecemasan berulang. Terapis keuangan dan keluarga di Barat bahkan mengembangkan pendekatan integratif: menggabungkan perencanaan keuangan dengan terapi hubungan. Seminar Money & Marriage misalnya berhasil membantu pasangan memahami dinamika peran uang dalam relasi mereka, menemukan pola kecemburuan tentang uang, dan menciptakan sinergi baru dalam mengelola pengeluaran keluarga.

Toko psikologi terpercaya yang menyediakan jurnal psikologi, alat tes psikologi, dan berbagai produk mental health berkualitas untuk kebutuhan pribadi maupun profesional  -www.tokopsikologi.com-

Referensi:

Mokoena & Antoniou (Universitas Witwatersrand & Aristotle): Financial Stress & Marital Conflict di Yunani

Peetz dkk. (2024): Persepsi pasangan saat finansial cemas

Conger et al. & Family Stress Model: Dampak tekanan ekonomi pada keluarga dan relasi pasangan

Novianti dkk. (2024, Jawa Barat): Peran dyadic coping dalam memoderasi dampak financial strain

Falconier & Jackson (meta-analisis): Hubungan stres ekonomi dan disfungsi keluarga

 

Kategori

Postingan Teratas

Kecerdasan Emosional (EQ) dan Perannya dalam Kepemimpinan Efektif | Toko Psikologi

03 December 2025

Kecerdasan Emosional (EQ) dan Perannya dalam Kepemimpinan Efektif

Kecemasan Finansial dan Dampaknya pada Keharmonisan Keluarga | Toko Psikologi

12 November 2025

Kecemasan Finansial dan Dampaknya pada Keharmonisan Keluarga

Mengenal manfaat musik sebagai pendukung kesehatan mental dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari | Toko Psikologi

04 November 2025

Mengenal manfaat musik sebagai pendukung kesehatan mental dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari